Lebih Mulia Mana : MEMAAFKAN ATAU DIMAAFKAN ?  

Posted by: Priyanka Kusuma Wardhani in , , ,

Haloooooo haloo !! punk
Sebelum masuk ke postingan inti, aku mau curcol dikit ya, rek pleaseAkhir-akhir ini aku lagi “panas” sama sahabatkupucca_love_16 . Sebenernya udah lama juga sih awal masalahnya. Emang bukan hal sepele dan menyangkut bener-bener menyangkut harga diri ! Tapi aku ngaku kalau aku yang salah. Aku juga udah minta maaf sampai nangis-nangissorry . Udah serius mengibarkan bendera putih nyerahDia juga udah bilang : “Iya, gapapa Anka. Aku udah lupa kok. Kita lupakan aja, ya”. Walapun uda kayak gitu, aku masih ngerasa kalo dia belum sepenuhnya memaafkan aku. Atau mungkin aku-nya yang terlalu sensitive.bingung

Nah, maka dari itu, postingan kali ini aku membahas khusus tentang MEMAAFKAN DAN DIMAAFKAN. Semoga menjadi sedikit "hiburan" buat readers yang lagi punya masalah yang mirip kayak masalahku tadi. (Tapi aku lebih berharap, semoga yang punya masalah kayak gitu cuma aku, aamiiin wink).

Oiya, pasti kita tuh pernah dengar kata-kata: Lebih baik memaafkan daripada dimaafkan. Maksudnya itu jika ada suatu masalah entah dia yang bersalah atau kita yang bersalah alangkah baiknya kita mengalah untuk memaafkan dia duluan daripada kita terus menanti dia duluan untuk memaafkan kita.

Selain diajarkan agama, memaafkan ternyata juga membuat mental menjadi sehat, lho!. Bahkan Abah Gandhi angel (hehe) pernah ndawuh:

"memaafkan hanya dimiliki oleh orang yang kuat"


Banyak penelitian yang menunjukan bahwa orang yang tidak mau memaafkan akan menderita luka batin, dan menjadi penyakit yang membahayakan. Ckckck, sampai segitunya, ya. :ngacir:

Yang perlu diperhatikan : memaafkan bukan berarti membiarkan (INI BEDA SOBAT !!). Banyak orang salah kaprah (kadang aku juga gitu sih), memaafkan, lalu membiarkan orang itu kembali melakukan kesalahan yang sama kepada kita. Kalu sampai gitu, Alhamdulillah masih ada langkah yang bisa dilakukan kok, yaitu tunjukkan bahwa kita gak suka dengan perbuatannya, caranya bisa dengan ekspresi atau dengan kata-kata. Kalau tetap gak mempan juga, bisa dipastikan kalau yang bersangkutan punya hati yang terbuat dari batu!payah

Curcol nih ya, aku termasuk tipe orang yang kadang (bahkan sering) susah memaafkan diri sendiri sad3. Dan akhirnya aku baca pencerahan dari sebuah lampu! Eh, maksudku, aku dapat “pencerahan” habis membaca artikel EQ dari suatu blog, hehemrgreen. Ini dia pencerahannya:

Jika kita susah memaafkan diri sendiri, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, yaitu:
  • Melihat kembali kejadian, pada saat anda merasa melakukan kesalahan.
  • Melakukan penguatan kepada diri sendiri, misalnya dengan berbicara kepada diri sendiri di depan cermin tentang kesalahan yang sudah dilakukan, dan meminta maaf kepada diri sendiri.
  • Melakukan aktifitas pengganti yang bisa menebus kesalahan di masa lalu.
Setelah aku lakukan langkah-langkah itu, lumayan lah hasilnya. Hati ini jadi sedikit adem ayem deh.


Manusia tidak akan pernah berhasil lulus dari ujian kehidupan kalau ujiannya harus 100 nilainya, pasti manusia memiliki kesalahan di setiap langkah hidupnya. Dan kondisi ketidak sempurnaan seperti ini membuat manusia diharuskan memilih meminta maaf atau posisi "memaafkan" jika kita bersalah, seharusnya kita didalam posisi meminta maaf dan terkadang kita merasa seseorang bersalah kepada kita, maka kita di posisi "memaafkan". Sekarang kalian hitung seberapa sering anda di dalam posisi memaafkan? Dalam seminggu saja, atau sebulan? Pasti sangat banyak dan itu menandakan ketidaksempurnaan manusia sebagai pribadi yg diciptakan bukan menciptakan.

Sekarang, dunia menjadi lebih individualis dan semakin berprinsip "hidupmu adalah masalahmu, hidupku adalah masalahku" sering orang berkata "ini hidupku, terserah aku dong mau berbuat apa.." terkadang orang berada di posisi bersalah tetapi sangat sulit untuk "meminta maaf" tapi orang dalam keadaan benar pun susah untuk memberi maaf, kenapa seperti itu?.

Meminta maaf berarti merendahkan diri terhadap pribadi lain yang ditinggikan, karena kita memerlukan sesuatu dari dirinya, dan itu jelas sangat sulit dilakukan oleh manusia tentunya, yang merupakan pribadi bersifat "ego" karena "ego" itulah manusia sulit untuk turun ke bawah dan meminta sesuatu kepada orang lain, terutama meminta maaf kepada orang lain. Padahal cara meminta maaf lebih simple dari pada cara makan, cara meminta maaf hanya dengan 1 kata "sorry" tapi manusia sulit sekali mengatakan 1 kata itu, dan penyebab utamanya adalah ego yang menjadi sifat utama manusia, dan sangat sulit untuk mengalahkan ego , karena itu aku sangat amat setuju sama pepatah :
"musuh terbesar dalam hidupmu adalah dirimu sendiri"
Lalu yang kedua inilah adalah bagaimana jika kita memaafkan orang? Mengapa ini juga sulit? Memaafkan orang lain atau pribadi lain, hanya memerlukan sedikit tenaga dan usaha untuk mengatakan 2 huruf yaitu "ok" karena terkadang jika seseorang meminta maaf pada kita, kita tidak memaafkannya, padahal hanya dengan 2 huruf atau 3 huruf "ok" atau "iya" tetapi manusia sangat sulit melakukannya, kalau dipikir-pikir lagi lebih jauh, manusia itu konyol, memiliki kemampuan yang lebih dan memiliki banyak keunikan, tapi berkata 2 huruf dan 3 huruf saja sulit sekali dan jarang sekali ada orang yang memaafkan di jaman "individualis" ini.


Tapi penyebab utamanya bukan itu, penyebab utamanya adalah karena kita sebagai manusia memiliki kedudukan dan ego, kita sering kali sesuah mengangkat derajat orang lain yang ada dibawah kita, dan inilah yang menjadi penyebab utama dalam hal memaafkan. Kita sering berkata didalam otak "enak aja kamu omong "minta maaf" hei, aku susah-susah membantu kamu, kamu bersalah..aku tidak akan memaafkan mu begitu saja!!" dan itu karena manusia yang tidak sempurna ini tidak mau ada orang yang menyamainya dan selalu terus ingin menjadi yang teratas dan yang terbaik, dan ketika orang meminta maaf pada dirinya itulah kepuasan pribadi, karena dia merasa di atas dan merasa nikmat di posisi seperti itu. Itulah penyebab utama sulit berkata 2 atau 3 huruf tersebut.

Itulah yang paling sering kita lihat di kehidupan sekarang: orang merasa gengsi untuk memaafkan duluan. Ya karena ego itu tadi. Tapi kalo dipikir-pikir lagi sih, orang seperti itu menunjukkan bahwa dia mempunyai sifat kanak - kanak dan sama sekali tidak mempunyai sifat kedewasaan. Iya, kan ? Bayangkan aja, dude, perdamaian itu indah banget, tapi kenapa kita harus mempertahankan gengsi dan mempertaruhkan perdamaian. Cuma orang - orang yang gak berakal yang seperti itu. Naudzubillah.sad2

kesimpulannya kali ini, manusia benar benar makhluk yang unik dan seharusnya dapat mengatasi masalah ini dengan baik, tetapi karena "musuh terbesar dalam hidup adalah dirimu sendiri" itulah penyebab utama dari semua kesalahan didalam diri manusia. Karena itulah manusia susah memaafkan dan dimaafkan


Oke lah kita sepakat kalau masa lalu yang buruk memang tidak akan pernah hilang dari ingatan, karena otak kita tidak akan lupa dengan masa lalu dan alam bawah sadar kita merekam masa lalu dengan baik. Untuk itu yang terpenting adalah "bukan melupakan masa lalu", melainkan "bagaimana mengingat masa lalu itu dengan indah". Dengan begitu kita akan belajar dari masa lalu, dan mengambil hikmah dari kejadian tersebut.

Sekarang lebih baik mana : memaafkan atau dimaafkan ? Menurut aku sih masih lebih baik memaafkan walaupun sampai sekarang aku juga masih belajar dengan hati ikhlas. Tapi kalau aku punya salah pasti aku juga pengen dimaafkan donk. Menurut kamu gimana hayoo ???wink

Kita berdoa yuk, sobat, biar kita selalu diberi keihlasan oleh Allah dalam MEMAAFKAN kesalahan orang lain dan selalu DIMAAFKAN ketika kita meminta maaf. aamiiinangel
Udah segitu aja deh “hiburan”nya, hehe. Semoga bermanfaat


Sumber referensi :
http://www.facebook.com/topic.php?uid=154700525070&topic=12028
http://rudyerdianto.blogspot.com/2010/10/lebih-baik-memaafkan-daripada-dimaafkan.html
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8401188
http://radiosmartfm.com/smart-emotion/1080-smart-emotion-memaafkan-dan-dimaafkan.html


This entry was posted on Rabu, Juni 15, 2011 and is filed under , , , . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar